Easylifehub.id – Fenomena Diabetes Pada Anak-Anak, Karena Asupan Gula? Cuitan warganet yang heboh mengenai anak-anak yang harus menjalani cuci darah di RSCM telah menjadi viral di media sosial. Banyak warganet yang terkejut dengan fakta bahwa ada 60 pasien anak yang perlu menjalani terapi cuci darah di rumah sakit tersebut. Pihak RSCM pun membenarkan hal tersebut dan menjelaskan bahwa data survei kesehatan di Indonesia menunjukkan bahwa 50 anak usia 3 hingga 14 tahun mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali dalam sehari.

Indikator awal dari kerusakan ginjal adalah diabetes militus, yang berhubungan dengan gaya hidup yang memprihatinkan seperti kebiasaan minum minuman manis pada anak-anak. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko diabetes militus tipe dua, yang jika tidak diatasi dapat berujung pada gagal ginjal. Oleh karena itu, peningkatan jumlah pasien anak yang harus menjalani cuci darah di RSCM ini menjadi perhatian serius.
Dalam penjelasannya, RSCM menyebutkan bahwa 60 pasien anak tersebut harus menjalani dialisis secara rutin. Namun, tidak semua dari mereka menjalani hemodialisis dengan mesin. Ada juga yang menjalani dialisis dengan menggunakan perut. Ini berarti mereka tidak perlu datang ke rumah sakit setiap minggu, tetapi hanya perlu kontrol bulanan. Jumlah pasien anak yang menjalani hemodialisis sendiri sekitar 30 orang.
Dr. Eka Laksmi Hidayat sebagai salah satu dokter di RSCM menjelaskan bahwa fenomena ini cukup mengkhawatirkan. Dia menjelaskan bahwa terapi cuci darah pada anak-anak bukanlah hal yang biasa. Hal ini menunjukkan bahwa masalah diabetes pada anak-anak semakin meningkat dan perlu adanya tindakan yang lebih serius untuk mengatasi masalah ini.
Fenomena Diabetes Pada Anak
Jumlah pasien anak yang harus menjalani cuci darah ini tentu saja menjadi alarm bagi para orang tua dan masyarakat umum. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan mengenai pola makan sehat dan menghindari makanan manis serta minuman manis dalam jumlah yang berlebihan. Orang tua harus mengawasi dengan cermat apa yang dikonsumsi oleh anak-anak mereka, terutama dalam hal makanan dan minuman.
Selain itu, pemerintah juga harus turut ambil bagian dalam penanganan masalah ini. Dibutuhkan pendekatan yang komprehensif untuk mengurangi jumlah anak-anak yang mengidap diabetes militus dan akhirnya harus menjalani cuci darah. Pendidikan mengenai pola makan yang sehat dan hidup aktif harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Juga perlu adanya peraturan dan pengawasan lebih ketat mengenai produsen makanan dan minuman yang mengandung gula berlebih.
Kita semua bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan anak-anak kita. Kita harus memastikan mereka mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat, serta mempraktikkan pola hidup yang aktif. Dengan melakukan hal ini, kita dapat mencegah peningkatan jumlah anak-anak yang harus menjalani cuci darah dan melindungi mereka dari risiko penyakit seperti diabetes militus. Mari bergandengan tangan untuk menciptakan generasi yang lebih sehat dan kuat.