Easylifehub.id – Pada 1 Maret 2025, sebuah insiden tragis mengguncang dunia pendakian di Papua. Dua pendaki asal Jakarta, Ibu Lilie Wijayati Poegiono dan Ibu Elsa Laksono, dilaporkan meninggal saat mendaki gunung Carstensz. Informasi terbaru dari Tempo mengungkapkan bahwa penyanyi Fiersa Besari turut menjadi bagian dari rombongan pendakian Carstensz tersebut. Meski detail kronologi masih terus diverifikasi, insiden ini menyoroti tantangan ekstrem yang harus dihadapi oleh para pendaki di medan pegunungan tinggi.
Berita duka menyebar ketika jenazah kedua pendaki diturunkan ke Lembah Kuning pada sore hari. Lembah ini, yang terletak di ketinggian sekitar 4.200 meter, berfungsi sebagai titik aklimatisasi penting bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak setinggi 4.884 meter. Dugaan awal menyebutkan bahwa kecelakaan terjadi saat tim melanjutkan pendakian ke puncak, bukan saat proses penurunan.
Pihak operator pendakian bersama aparat kepolisian dan Basarnas segera mengatur evakuasi dengan menggunakan helikopter. Proses evakuasi ini dijadwalkan pada Ahad pagi, dengan rute dari Lembah Kuning menuju Timika, lalu jenazah akan dipulangkan ke Jakarta. Selain dua korban yang meninggal, tiga pendaki lainnya sempat mengalami hipotermia, meskipun kondisinya kini sudah membaik.
Keterlibatan Fiersa Besari di Ekspedisi Carstensz
Laporan dari Tempo menyebutkan bahwa Fiersa Besari ikut dalam rombongan pendaki yang mengalami musibah di Gunung Carstensz. Keterlibatan figur publik ini menambah dimensi perhatian publik terhadap insiden di Carstensz. Sebagai seorang musisi terkenal, keikutsertaan Fiersa dalam ekspedisi pendakian ini menunjukkan bahwa tantangan alam tidak pandang bulu, sekalipun dihadiri oleh figur terkenal. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak manajemen Fiersa mengenai kondisi atau peran spesifiknya dalam pendakian.
Pendakian Puncak Jaya merupakan salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Rute pendakian melewati beberapa titik penting seperti Teras I, II, III, dan Teras Besar. Setiap tahap menuntut pendaki untuk menaklukkan medan berbatu, tebing curam, serta penyeberangan jurang menggunakan teknik khusus, seperti teknik Tyrolean. Cuaca ekstrem dan suhu rendah di ketinggian juga meningkatkan risiko terjadinya hipotermia, sehingga persiapan fisik, mental, dan perlengkapan yang memadai sangat krusial.
Insiden tragis di Carstensz pada 1 Maret 2025 menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan komunitas pendaki. Keikutsertaan Fiersa Besari dalam rombongan ini menambah sorotan publik terhadap pentingnya keselamatan dalam ekspedisi pendakian, dalam hal ini Carstensz. Proses evakuasi yang melibatkan helikopter serta koordinasi antar instansi menjadi bukti nyata upaya penyelamatan di medan yang sangat ekstrem. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pihak untuk meningkatkan standar keselamatan dan prosedur pendakian di masa depan.