Pilot dan Kopilot Batik Air Ketiduran Saat Terbang

Pilot dan Kopilot Batik Air Ketiduran Saat Terbang

Travel

Easylifehub.id – Pilot dan Kopilot Ketiduran. Pada tanggal 8 Maret, Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengungkapkan insiden yang cukup unik melibatkan pilot dan kopilot Batik Air. Mereka ternyata tertidur selama 28 menit saat menerbangkan pesawat Airbus A320 dari Kendari menuju Jakarta pada tanggal 25 Januari lalu. Bagaimana bisa kronologi seperti ini terjadi?

Kisah ini dimulai ketika pesawat lepas landas dari Landas Pacu 08. Pada saat itu, pesawat berada di ketinggian yang cukup tinggi dan melintasi “Kopi Road”. Sang pilot, yang merasa kurang tidur, memutuskan untuk tidur sejenak setelah ditawari istirahat oleh sang copilot. Ia tertidur di kokpit selama sekitar 30 menit.

Sementara itu, sang pilot masih sibuk menjalankan pesawat dan melakukan kontak awal dengan pengatur lalu lintas udara di Jakarta. Setelah berkontak dengan petugas lalu lintas udara selama sekitar satu menit, kopilot pun tertidur dengan posisi seluruh kendali berada di tangan sang pilot.

Sayangnya, sang copilot juga tak lama kemudian tertidur selama sekitar 28 menit. Ketika ia terbangun, ia langsung menyadari bahwa pesawat tidak berada di jalur yang seharusnya. Mereka secara tidak sengaja telah menyasar ke langit Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat.

Dalam keadaan darurat ini, sang pilot segera membangunkan kopilot dan merespons panggilan dari pusat kendali wilayah Jakarta. Mereka kemudian kembali ke rute yang seharusnya. Beruntungnya, tidak ada korban dalam insiden ini dan pesawat berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta.

Sebab Pilot dan Kopilot Ketiduran

Kronologi Dua Pilot Batik Air Tidur 28 Menit Penerbangan Kendari - Jakarta,  Sempat Hilang Kontak - Tribun-timur.com

Setelah kejadian ini, pilot dan kopilot diperiksa secara menyeluruh. Ternyata, mereka sudah melewati proses perizinan terbang dan pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tekanan darah dan detak jantung mereka normal, dan tes alkohol juga memberikan hasil negatif.

Namun, sang kopilot mengaku kurang tidur karena pada malam sebelumnya, ia terjaga bersama istri untuk mengurus kedua bayi kembar mereka yang masih berusia satu bulan. Hal ini tentu berdampak pada tingkat kewaspadaannya saat menerbangkan pesawat.

Mengingat insiden yang terjadi, Komite Nasional Keselamatan Transportasi mendesak Batik Air untuk mengembangkan prosedur rinci dalam melakukan pengecekan kokpit. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pemeriksaan kokpit dapat dilaksanakan dengan benar untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.

Hingga saat ini, manajemen Batik Air belum memberikan tanggapan terkait insiden ini. Ketua bidang advokasi dan kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat, Joko Setya, meminta kepada semua maskapai untuk memperketat pemeriksaan kesehatan kru pesawat sebelum terbang. Meskipun saat ini pesawat dilengkapi dengan sistem auto pilot, insiden seperti ini tetap berpotensi fatal jika kedua pilot tidak terbangun saat dibutuhkan.

Jam terbang seorang pilot sudah diatur dengan baik dalam International Civil Efisien Organization. Maksimal jam terbang pilot dalam tujuh hari adalah 30 jam, dengan waktu istirahat yang mencapai 10 hingga 12 jam saat ada jeda terbang.

Ketiduran pilot dan kopilot Batik Air memang menjadi peristiwa yang cukup menggelitik dan unik. Meski insiden ini berakhir tanpa korban, hal ini tetap menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak terkait untuk lebih memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan dalam penerbangan.

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *