Guru Botakin Siswi? Endingnya Langsung Dinonaktifkan

Guru Botakin Siswi? Endingnya Langsung Dinonaktifkan

Serba Serbi

easylifehub.id – EN, ibu guru SMPN 1 Sukodadi yang telah menjadi viral karena botakin kepala 19 siswi kini telah di nonaktifkan dari posisinya sebagai guru. Insiden ini terjadi pada tanggal 23 Agustus 2023 di Lamongan, Jawa Timur dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Guru tersebut melakukan aksi membotaki kepala siswi karena mereka terlihat tidak mengenakan ciput, yang merupakan aksesori untuk menjaga rambut tetap tertutup di dalam hijab. Tidak heran jika siswi-siswi tersebut mengalami trauma akibat kejadian ini dan pihak sekolah terpaksa memanggil seorang psikiater untuk memberikan pendampingan.

Harto, kepala SMPN 1 Sukodadi, mengkonfirmasi bahwa guru EN telah di nonaktifkan dari sekolah ini. “Mulai Senin kemarin, guru EN tidak lagi mengajar di sekolah kami. Sejak Senin, dia telah dipindahkan ke dinas pendidikan untuk mengikuti program pembinaan,” kata Harto. Dia juga menjelaskan bahwa kejadian ini terjadi pada hari Rabu saat siswi-siswi hendak pulang sekolah.

Guru EN melihat bahwa beberapa siswi tidak memakai ciput di dalam jilbab mereka, sehingga dia memberikan hukuman tersebut. “Entah karena rasa sayang kepada siswi atau alasan lainnya, Bu EN melakukan tindakan ini,” ujarnya. “Namun, dia menggunakan alat cukur listrik sehingga beberapa siswi mengalami potongan rambut yang lebih banyak,” tambahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Munif Syarif, sudah memberikan respons terhadap kasus ini. Dia menyayangkan tindakan guru EN tersebut dan telah menarik perhatian terhadap kasus ini. Munif Syarif juga mengungkapkan bahwa pihak dinas pendidikan akan memastikan bahwa kasus tersebut mendapatkan penanganan yang sesuai. “Kami akan melakukan investigasi menyeluruh tentang kasus ini dan kami akan mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi siswa-siswa kami,” kata Munif Syarif.

BACA JUGA:  Tragis, Cinta Ditolak, Siswi SMP Dibunuh Kakak Kelas

Komentar Dinas Pendidikan Dengar Guru Botakin Siswi

Kasus ini telah memicu berbagai macam tanggapan dari masyarakat. Banyak yang mengkritik tindakan guru EN tersebut sebagai tindakan yang tidak pantas dan melanggar etika mengajar. Mereka berpendapat bahwa seorang guru tidak seharusnya menggunakan kekerasan fisik atau memaksa siswa-siswinya dengan cara-cara yang merendahkan untuk menegakkan tata tertib sekolah. Mereka juga menekankan pentingnya mendidik dengan penuh kasih sayang dan pemahaman, bukan dengan tindakan yang dapat menyebabkan trauma pada siswa.

Di sisi lain, ada juga yang memberikan perspektif berbeda tentang kasus ini. Beberapa orang berpendapat bahwa tindakan guru EN tersebut dilakukan dengan niat yang baik, yakni untuk mendidik siswa-siswinya agar menghormati tata tertib sekolah dan menjaga penampilan yang rapi. Namun, pendapat ini juga disertai dengan pemahaman bahwa tindakan tersebut tidaklah tepat dan seharusnya ada cara yang lebih efektif dan bermartabat untuk mencapai tujuan tersebut.

Guru EN Minta Maaf

Dalam upaya untuk memperbaiki hubungan dengan para siswi dan orangtua mereka, guru EN dan pihak sekolah mengadakan pertemuan secara pribadi di rumah para siswi. Dalam mediasi yang berlangsung, semua pihak sepakat untuk berdamai dan memulihkan hubungan yang telah terganggu. Meskipun demikian, guru EN tetap tidak diizinkan untuk mengajar di sekolah, dengan sanksi yang belum ditentukan secara pasti.

Kembali ke SMPN 1 Sukodadi, kisah guru botakin siswi-nya telah menjadi topik pembicaraan yang mendalam di kalangan guru dan siswa-siswi. Banyak yang mempertanyakan keberanian guru EN dalam melakukan tindakan tersebut. Namun, ada juga yang memuji langkahnya karena membuat siswinya lebih sadar akan pentingnya berbusana Islami dengan memakai ciput.

Guru Botakin Siswi? Endingnya Langsung Dinonaktifkan
Siswi yang dibotaki gurunya.

 

Bagi siswi-siswi yang mengalami trauma akibat tindakan guru EN, proses pemulihan masih berlangsung. Mereka mendapatkan dukungan dan bantuan dari psikiater yang dilibatkan oleh pihak sekolah. Semua upaya dilakukan untuk membantu mereka pulih dari pengalaman yang mengerikan tersebut.

BACA JUGA:  Kericuhan di Gorontalo Karena Penutupan Lahan

Kisah guru EN yang botakin siswi telah menjadi pelajaran berharga bagi seluruh sekolah di Indonesia. Tidak hanya memberi sanksi kepada siswa yang melanggar, tetapi juga mengajarkan pentingnya pendekatan yang baik terhadap siswa. Guru-guru harus memperhatikan dan memahami setiap kebutuhan siswa mereka, serta berkomunikasi dengan baik dan membimbing mereka dengan kasih sayang.

Kesimpulan

Dalam kasus serupa di masa depan, penting bagi semua pihak terkait, mulai dari guru, sekolah, dinas pendidikan, hingga orang tua, untuk saling bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Guru harus didorong untuk meningkatkan kemampuan dalam mendidik, termasuk dalam hal pendekatan yang lebih efektif dan bermartabat dalam menegakkan disiplin sekolah.

Sekolah dan dinas pendidikan juga harus memastikan adanya kebijakan yang jelas dan melindungi hak-hak siswa. Orang tua juga memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka dan menjadi mitra aktif bagi sekolah dalam membentuk karakter anak-anak.

Sebagai kesimpulan, kisah guru EN di SMPN 1 Sukodadi telah mengguncang dunia pendidikan. Meskipun tindakannya kontroversial, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari cerita ini. Guru-guru harus selalu bertanggung jawab terhadap siswa-siswinya dan mengedepankan keamanan dan kenyamanan mereka. Dan yang lebih penting, pendekatan yang baik dan penuh kasih sayang harus selalu menjadi landasan dalam pendidikan.

Bagikan

1 thought on “Guru Botakin Siswi? Endingnya Langsung Dinonaktifkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *